Pasokan Listrik Bintuni Cukup, Kenapa Sering Mati?

Pasokan listrik di Kabupaten Teluk Bintuni ternyata tidak ada kendala. Secara kapasitas, Bintuni memiliki beban puncak listrik 3,5 MW, sedangkan pasokan listrik di kabupaten itu 4,8 MW.

Itu didapat dari pembangkit milik PLN sebesar 2,8 MW dan pasokan BP Tangguh 2 MW sehingga total 4,8 MW.

“Kebutuhan listrik dengan pasokan sebenarnya cukup, tidak ada masalah. Jadi persoalan pemadaman bukan karena kapasitas, pasokan atau karena pembangkit,” ungkap Pimpinan UP3 Manokwari, Sulisiyo dalam konferensi pers di kantornya, Rabu (28/5/2019).

Dia lalu menjelaskan, persoalan pemadaman di Bintuni itu lantaran gangguan saluran dari BP ke Bintuni sepanjang 183 KM, sudah termasuk 30 KM jalur laut.

Dari jalur udara, laut, dan tanah, yang sering mengalami kendala adalah jalur tanah di area bibir pantai.

“Kabel tanah ke bibir laut yang sering gangguan. Gangguannya seperti dimakan binatang. Bisa tidak percaya rekan-rekan. Kabelnya keropos sampai ke dalam. Kalau bocor ya meledak. Beberapa kali juga kita dapati kabel dipotong. Yang jelas bekas potong dan rapuh itu beda. Itu penyebab gangguan,” jelasnya.

Kalau kapasitas kabel, ukurannya yang 150 mm memenuhi syarat dan mampu.

Di satu sisi, PLN tengah mengupayakan Bintuni terang, agar ketika BP gangguan, pasokan listrik tetap stabil.

“Kami siapkan mesin back up sama dengan yang kami datangkan untuk Manokwari. Mesinnya kapasitas 3 MW. Jadi ditambah dengan mesin lama kapasitas 2,7 MW totalnya 5,7 MW,” ungkapnya.

[irp]

Kenapa mesin sewa lagi? Menurutnya, itu merupakan pertimbangan PLN pusat, sehingga tahun ini PLN tidak melakukan pengadaan mesin.

“Makanya kami upayakan mesin sewa untuk back up. Mesin sewa itu dikontrak setahun. Nanti akan diperpanjang sesuai kebutuhan. Intinya, selama belum ada pengadaan baru, bisa kita perpanjang,” jelasnya. (njo)

Previous articlePenyidik Lengkapi P19 Kasus PLTG Kaimana
Next articleJadi Tersangka dan Ditahan KPK, Dirut PLN Mengundurkan Diri