Menteri Investasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Bahlil Lahadalia, menitip salam pada Bupati Teluk Bintuni, Petrus Kasihiw.
Salam ini disampaikan melalui Sekda Teluk Bintuni dalam Rapat Koordinasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu se Papua Barat di Manokwari, 15 Juni 2022.
“Pak Sekda Bintuni tolong sampaikan ke Pak Bupati, sahabat saya, dan Alimudin, Kepala Bappeda (Teluk Bintuni) teman saya satu kamar, pabrik pupuk itu joint investasi antara Jepang dan Pupuk Kaltim,” ujar Menteri Investasi.
Menteri Investasi lalu memaparkan awalnya pabrik pupuk itu mau dibangun di Teluk Bintuni di lahan 190 hektar.
Pabrik pupuk itu dirancang, selain untuk memenuhi kebutuhan nasional, juga untuk diekspor ke Australia, Papua Nugini, dan Filipina.
“Makanya size (pabrik) harus besar. Kedalaman air pelabuhan minimal 14 meter, karena kapalnya 40-60 ribu ton,” beber Menteri Investasi.
Setelah penelitian, ternyata kedalaman air di lokasi rencana pelabuhan pabrik pupuk di Teluk Bintuni itu hanya 8 meter. “Oleh Kementerian Perhubungan tak merekomendasikan pembangunan pelabuhan di situ,” jelas Menteri Investasi.
Selain itu, negara punya kebijakan untuk melakukan pemerataan untuk bangun sumber-sumber ekonomi baru.
“Kebetulan yang memakai gas untuk bahan baku pupuk adalah urea, ammonia, dan metanol. Urea ammonia itu Pupuk Kaltim dan metanol itu gabungan investasi Jepang. Gasnya pakai Genting Oil yang punya sebagian sumur di Teluk Bintuni, perbatasan Fakfak, dan Fak Fak,” beber Menteri Investasi.
Dua hal ini, bersama pembangunan bandara untuk masuk pesawat besar di Fakfak, membuat dirinya sebagai Menteri Investasi memutuskan untuk dilakukan di Fakfak.
“Jangan berkelahi yang seperti ini antara kabupaten, karena multiplier effect-nya itu Papua Barat,” tandas Menteri Investasi.(an/dixie)