Biji kakao sebagai bahan dasar coklat yang diproduksi Koperasi Ebier Suth Cokran menembus Pasar Eropa setelah sekira 12 tahun vakum dari kegiatan ekspor, Kamis (09/01/2020).
Enam ton kakao Ransiki kualitas premium dikirim dalam peti kemas melalui Pelabuhan Manokwari menuju Surabaya lalu ke Amsterdam, Belanda.
Ketua Koperasi Ebier Suth Cokran Ransiki, Yusuf Kawey mengatakan ini kedua kalinya. Yang pertama 12 tahun lalu kala dilakukan ekspor percobaan ke Perancis sebanyak 16 ton.
Kali ini ekspor resmi yang dikirim ke Amsterdam yang disertai dengan kontrak kerjasama selama satu tahun antara investor dengan koperasi.
Kakao yang dikirim itu diproduksi di lahan seluas 225 hektar. Masih ada sekira 600-800 hektar lahan yang bisa diremajakan untuk lahan Kakao.
Sementara itu, Gubernur Papua Barat, Dominggus Mandacan usai ekspor perdana mengatakan, pemerintah Papua Barat komit meningkatkan produksi petani kakao di Mansel.
Itu dibuktikan dengan adanya plot anggaran di APBD Papua Barat 2020 untuk penenaman kakao seluas 100 hektar, dan anggaran dari APBN 2020 untuk penanaman kakao di lahan 100 hektar.
“Jadi tahun ini ada 200 hektar yang akan kita tanami kakao. Nanti kita lihat, jika produksi baik, bisa saja kita tambahkan lagi di APBD perubahan,” ungkapnya.
Terpisah, James, selaku investor mengatakan sangat tertarik dengan kualitas kakao Ransiki. Dahulunya, orang mengatakan kualitasnya biasa, ternyata kualitasnya sangat baik. Aroma bunga di biji kakao jadi daya tariknya berinvestasi kakao Ransiki.
Dia menargetkan pengiriman 100 ton tahun ini, disesuaikan dengan produksi pihak koperasi.(njo)