Direktur Yayasan Masyarakat Kehutanan Lestari Sorot Penanganan Krisis Pangan di Tanah Papua

Direktur Yayasan Masyarakat Kehutanan Lestari (YMKL), Emil Kleden, menyoroti penangan krisis pangan di Tanah Papua.

Sorotan ini disampaikannya kala menjadi narasumber dalam diskusi daring bertajuk “Hari Pangan Sedunia: Refleksi Ketahanan Pangan Indonesia di Tengah Ancaman Kekeringan Dampak El Nino”, 12 Oktober 2023.

Emil Kleden menunjukkan data dari Kompas yang menunjukkan terjadi 15 kali bencana kelaparan, gizi buruk, dan kurang gizi di Tanah Papua dalam periode 1982 – 06 Agustus 2022.

Kejadian yang berulang ini, menurut Emil Kleden, harusnya jadi data untuk mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menghindari kembali terjadinya hal-hal tersebut.

Dia menyebutkan salah satu penyebab utama kelaparan, gizi buruk, dan kurang gizi itu adalah hilangnya hutan sagu di dalam wilayah adat lantaran dikonversi jadi lahan perkebunan.

Terkait itu, dia menyatakan perlu ada perlindungan pangan lokal, khususnya Orang Asli Papua (OAP). Dia lalu mengajukan sejumlah usul untuk perlindungan tersebut.

Usulan itu, antara lain, memprioritaskan aspek kesejahteraan pangan OAP dengan membantu meningkatkan produksi dan teknik penyimpanan jangka panjang pangan lokal OAP.

Dia juga mengusulkan pemerintah daerah, bersama masyarakat sipil dan akademisi, membantu penhgembangan teknik peningkatan produksi dan penyimpanan hjasil panen sagu, ubi jalar, umbi keladi dalam mengantisipasi perubahan iklim ekstrem.

Pentingnya pengembangan pangan lokal ini juga disampaikan empat narasumber lainnya, Dr Ir Budi Waryanto MSi (Direktur Ketersediaan Pangan Badan Pangan Nasional), Angga Dwiartama (Dosen dan Peneliti Pangan di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung), Nugroho Hasan (CEO Kans.id Konsultan Pemberdayaan Masyarakat dan Pertanian Berkelanjutan), dan Cindi Shandoval (Founder SKELAS dan Heritage Hero Siak) dalam diskusi yang dimoderatori Robby Irfany Maqoma (Editor The Conversation) ini.(dixie)

Previous articleUpacara Puncak HUT 24 Papua Barat Terlambat Hampir 3 Jam, Kenapa?
Next articleRefleksi Hari Pangan Sedunia: Hidupkan Kembali Potensi Pangan Lokal Untuk Atasi Krisis Pangan Akibat Dampak El Nino