Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Provinsi Papua Barat, bekerjasama dengan Fakultas Kehutanan Universitas Papua (Fahutan UNIPA), mulai mengintensifkan kolaborasi dengan sejumlah pihak melakukan kajian dan penelitian ilmiah.
Salah satu kegiatan yang sudah berjalan adalah penelitian dinamika hutan tropis menggunakan Petak Ukur Permanen (PUP).
Hasil penelitian yang bertujuan melihat dinamika perkembangan kondisi hutan dari waktu ke waktu ini diharapkan akan memberikan informasi ilmiah dan rekomendasi, atau informasi tentang intervensi apa yang akan dilakukan, baik oleh pemerintah daerah maupun masyarakat.
“Gunung Meja juga memberikan nilai estetika, spiritual, pendidikan dan nilai ilmiah tapi juga inspirasi dalam kreativitas dan tentunya ekonomi. Sebagai warga Manokwari, kita harus bangga dan harus menjaga dan lindungi untuk masa depan anak-cucu kita,” ujar Kepala Balitbangda Provinsi Papua Barat, Prof Dr Charlie D Heatubun SHut MSi FLS dalam keterangan tertulis yang diterima papuakini, Sabtu (15/01/2022).
Dalam kunjungan ke kawasan hutan Gunung Meja Manokwari ini Kepala Balitbangda Papua Barat didampingi Kepala Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Haerul Arifin SHut MSi, Kepala Sub Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup, Jimmy Oruw SHut MSi, Koordinator Lapangan PUP dari Fakultas Kehutanan UNIPA, Jimmy Wanma, SHut MAppSc, dan sejumlah staf Balitbangda Papua Barat serta mahasiswa kehutanan UNIPA.
PUP yang dibangun di Gunung Meja ini akan menjadi bagian dari sistem jaringan petak ukur permanen hutan tropis di dunia.
“Kita harus bangga karena hutan Gunung Meja ini juga berperan besar bagi kelangsungan umat manusia di muka bumi, karena data dari hasil time series yang dikirim dari tim PUP Manokwari ke jaringan PUP internasional membantu dalam memahami dinamika hutan dan pengaruhnya terhadap iklim secara global,” jelas Kepala Balitbangda Papua Barat
Menurut Kepala Sub Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Balitbangda Papua Barat, secara kewenangan berdasarkan status pengelolaan hutan, kawasan hutan ini berada dalam kewenangan BKSDA.
“Karena masih berstatus Taman Wisata Alam, jadi kita akan berkolaborasi juga dengan pengelola Kawasan BKSDA untuk tindaklanjutnya,” ungkapnya.
Kawasan Gunung Meja berperan penting dan memiliki hubungan kuat dengan masyarakat di Kota Manokwari. Karena itu, kebijakan daerah yang didasari oleh hasil riset ini sangat penting dalam rangka pengelolaannya di masa depan untuk memastikan kontribusi bagi ekonomi lokal maupun bagi kemaslahatan umat manusia.
Sementara itu, Koordinator Lapangan (Korlap) PUP Fakultas Kehutanan UNIPA, Jimmy Wanma menjelaskan PUP Gunung Meja ini sudah dibangun sejak Tahun 2016 bekerjasama dengan pihak the Royal Botanic Gardens Kew, UK (Inggris), dan melibatkan Fahutan UNIPA serta Balai Litbang Kementerian Kehutanan Republik Indonesia waktu itu.
“Jadi survei ke lokasi kali ini bersama Kepala Balitbangda Papua Barat adalah untuk melihat dinamika hutan gunung meja yang terjadi dalam 5 Tahun terakhir disamping mengecek progress aktivitas riset yang sedang berjalan dan upaya pemeliharaan PUP itu sendiri,” tutur Jimmy Wanma yang juga Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fahutan Unipa.
Luas areal yang digunakan untuk membangun PUP ini adalah 100 x 100 meter, dengan membuat 25 sub plot yang masing-masing berukuran 20 x 20 meter. Plot ini menggunakan metode Rainfor, yaitu metode pengukuran yang dikembangkan lembaga riset yang membatasi mengukur pohon berdiameter di atas 10 cm.(*)
gunung meja, PUP Gunung Meja, konservasi, Balitbangda Papua Barat, Kepala Balitbangda Papua Barat, Unipa, Fakultas Kehutanan Unipa,