Nama Istri Wapres Jadi Nama Anggrek Subspesies Baru di Raja Ampat

Nama Istri Wapres Jadi Nama Anggrek Subspesies Baru di Raja Ampat
Dendrobium lancilabium JJSm subspesies wuryae, subspesies anggrek yang ditemukan di Pulau Waigeo, Kabupaten Raja Ampat. (Foto: ist/Yanuar Ishaq Dwi Cahyo/BRIDA Papua Barat.)

Nama istri Wakil Presiden Republik Indonesia, Hj Wury Estu Handayani Ma’ruf Amin, dijadikan nama subspesies anggrek yang ditemukan di Pulau Waigeo, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat Daya.

Anggrek subspesies Dendrobium lancilabium JJSm hasil temuan tim ekspedisi tahun 2020, kala Raja Ampat masih merupakan wilayah Provinsi Papua Barat, ini diberi nama Dendrobium lancilabium JJSm subspesies wuryae.

Siaran pers Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Papua Barat menyebutkan, penamaan ini merupakan bentuk penghormatan pada istri Wakil Presiden atas kontribusinya dalam mendukung konservasi, pelestarian, pemanfaatan berkelanjutan tanaman lokal serta pengembangannya di Papua Barat, khususnya tanaman anggrek.

Subspesies baru dari Dendrobium lancilabium Pulau New Guinea ini memiliki kekayaan spesies dengan tingkat endemik yang sangat tinggi, bahkan tertinggi di dunia. Hal ini memungkinkan masih terdapatnya sejumlah flora dan fauna yang belum teridentifikasi hingga saat ini.

Penelitian yang dilakukan oleh Camara-Leret dkk pada tahun 2020 mencatat ada 13.634 spesies tumbuhan dari 1742 genus dan 264 famili di Pulau New Guinea. Keragaman yang sangat tinggi ini kemudian memposisikan New Guinea sebagai pulau dengan
keragaman tertinggi di dunia.

Waigeo adalah sebuah pulau dengan luas sekitar 3.155 km² di kepulauan Raja Ampat, lepas pantai pesisir ujung barat Indonesia dan merupakan bagian dari Pulau New Guinea (Tanah Papua dan Papua New Guinea). Pulau Waigeo adalah salah satu pulau yang akhir-akhir ini ditemukan berbagai spesies baru, terlebih pada tanaman Anggrek.

Pada Februari 2020, tim dari Konservasi Sumber Daya Alam Papua Barat Pusat Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan, Republik Indonesia (BBKSDA Papua Barat) dan tim Flora & Fauna International berhasil menemukan kembali Dendrobium azureum Schuit di Gunung Nok. Anggrek biru ini tidak terlihat selama hampir 80 tahun sejak pertama kali dikumpulkan pada tahun 1938 oleh ahli entomologi Inggris, Evelyn Cheesman.

Subspesies lancilabium ini merupakan khas wilayah Pulau Waigeo, Raja Ampat. Jenis Endemik ini ditemukan di sebagian besar pegunungan Semenanjung Vogelkop dan Wandamen. Jenis Anggrek ini tumbuh sebagai epifit pada pohon dengan ketinggian 8–12 m di atas tanah di hutan lumut/kabut pada ketinggian 820 m. Bunga jenis Anggrek ini biasanya dapat diamati pada bulan Februari.

Penemuan subspesies baru ini dipimpin langsung oleh Staf Badan Riset dan Inovasi Daerah Provinsi Papua Barat bekerjasama dengan Flora Fauna International Indonesia Programme, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Papua Barat, Fakultas Kehutanan Universitas Papua Manokwari, dan Royal Botanic Gardens Kew.

Temuan ini telah diterbitkan di Orchideen Journal Vol 10.1 tahun 2022 dan melibatkan berbagai peneliti dari Royal Botanic Gardens, Kew, Fakultas Kehutanan UNIPA Manokwari,  Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Provinsi Papua Barat, Fauna & Flora International’s Indonesia Programme, dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua Barat.(*/dixie)

Previous articleCatatan Pinggir Raker SMSI Pusat 13 Desember 2022
Next articleJelang Nataru Cabai di Manokwari Naik 100 Persen, Harga Telur Meroket