Salah satu satwa endemik di Papua Barat, khususnya di kawasan perairan tawar Kebar, berstatus terancam kepunahan. Satwa itu itu adalah ikan pelangi Arfak.
Status itu terungkap dalam diseminasi doktoral ilmu lingkungan mahasiswi Pascasarjana Unipa, Mariance Yemima Kaliele, bertajuk ‘Strategi Pengelolaan Ikan Pelangi Arfak Berdasarkan Aspek,Ekologi, Struktur Komunitas dan Genetik Ikan Pelangi di Perairan Tawar Kebar,’ di Manokwari, 15 Agustus 2025.
Sekretaris Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) Provinsi Papua Barat, Erens Ngabalin SHut MP, yang hadir mewakili Kepala Brida Papua Barat, Prof Dr Charlie Heatubun SHut MSi, menyambut positif diseminasi itu yang dinilai sebagai langkah maju kerjasama antara Brida dengan lembaga-lembaga pendidikan.
“Kita senang karena terkait langsung dengan tupoksi Brida. Kami harap ini terus didorong Unipa. Kami yakin masih banyak hal yang belum tergali di alam tanah Papua yang sangat kaya ini,” ujar Erens Ngabalin.
Dia mengaku baru tahu ada ikan endemik di daerah Kebar yang berstatus terancam punah, yang dalam diseminasi disebutkan di kawasan hulu yang hutannya masih terjaga populasi ikan itu banyak, tapi semakin berkurang semakin jauh dari hulu hingga ke hilir.
“Ikan ini jadi salah satu indikator baik buruknya lingkungan. Rugi besar kalau punah. Jangan sampai di masa depan kita hanya bisa tinggal lihat gambar ikan ini. Seperti Bapa Gubernur (Gubernur Papua Barat Drs Dominggus Mandacan MSi) selalu ingatkan, kita harus tinggalkan mata air, bukan air mata untuk anak cucu,” tegas Erens Ngabalin.
Sementara itu, untuk mengantisipasi kepunahan tersebut, Dr Selvy Tebay SPi MSi, menyatakan perlu dilakukan budidaya atau domestikasi ikan pelangi Arfak itu dalam skala laboratorium. “Diperbanyak di lab lalu dikembalikan ke habitatnya, ke sungai-sungai,” beber Wanita yang juga Co Promotor II untuk Mariance Yemima Kaliele ini.
Selain Selvy Tebay, tim pembimbing Mariance Yemima Kaliele terdiri dari Prof Dr Ir Roni Bawole MSi sebagai Promotor, dan Dr Emmanuel Manangkalangi SPi MSi sebagai Co Promotor I.
Selvy Tebay lalu menegaskan keberadaan ikan pelangi Arfak ini harus dijaga karena menyempurnakan siklus rantai makanan secara ekologi. Secara ekonomi ikan ini juga dimakan masyarakat sebelum ada introduksi ikan-ikan lain yang lebih besar.
Hal lainnya, ikan ini juga bernilai ekonomis karena bisa jadi ikan hias walau diakui pasar ikan hias di Papua Barat bisa dikata masih belum terbuka. (an/dixie)