Peserta coaching clinic Percepatan Perhutanan Sosial Papua Barat diharapkan bisa membawa ilmu yang diterima dari para pemateri untuk ditindaklanjuti di daerah masing-masing.
“Harapan kami tentunya coaching clinic ini dapat ditindaklanjuti untuk menghasilkan hutan adat di Papua Barat,” kata Ketua Steering Committee Indigenous People and Local Community, Prof Dr Charlie D Heatubun SHut MSi secara virtual dalam coaching clinic di Sorong, Kamis (18/03/2021) itu.
Siaran pers yang diterima papuakini menyebutkan kegiatan ini diikuti 27 perwakilan masyarakat adat dari Kabupaten Maybrat, Kabupaten Tambrauw, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Sorong, Kabupaten Raja Ampat, dan Kota Sorong.
Heatubun, yang juga Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Papua Barat, berharap semua pihak mendukung percepatan Hutan Adat di Papua Barat, termasuk masyarakat adat di seluruh kabupaten/kota di Papua Barat.
Hal senada dikatakan Koordinator Nasional Governors Climate and Forests (GCF) Task Force, Delon Marthinus. Dia berharap coaching clinic ini bisa mengidentifikasi daerah yang akan didorong menjadi Hutan Adat.
“Setidaknya tahun ini bisa pecah telur. Seperti harapan Gubernur Papua Barat (Dominggus Mandacan, red),” ucap Delon, juga secara virtual.
Itu pula yang diharapkan Direktur Advokasi Kebijakan, Engagement dan Riset Yayasan Econusa, Muhammad Farid, penyelenggara teknis coaching clinic ini.
Coaching clinic selama dua hari ini bertujuan memperoleh perkembangan terkini di lapangan tentang upaya-upaya masyarakat adat dan pendampingan untuk mengajukan hutan adat, serta membantu masyarakat adat dalam memproses usulan perhutanan sosial, khususnya hutan adat.
Para pemateri coaching clinic ini dari Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Maluku Papua, Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat, sejumlah pimpinan OPD Kabupaten/Kota Sorong Raya, dan sejumlah mitra pembangunan.
Selanjutnya peserta coaching clinic ini akan melakukan field trip ke Malaumkarta pada 20 Maret 2021.(*/dixie)