Bumdes Bangun Ansanyar Sukses Bangun Pabrik Tepung Tapioka

Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Bangun Ansanyar milik Kampung Udapi Hilir, Distrik Prafi, Manokwari sukses mendirikan pabrik tepung tapioka berbahan dasar Singkong.

Pabrik yang sepenuhnya bersumber dari Dana Desa itu dibangun sejak Februari 2018 dan baru bisa diresmikan, Kamis (27/02/2020) tadi.

Direktur Bumdes Bangun Ansanyar, Kampung Udapi Hilir, Sukatno mengatakan, rencana pembangunan pabrik itu sejak 2016.

Saat itu, mereka dapat dukungan anggaran dari dana kampung Rp50 juta. Lantaran kurang, uang itu mereka tabung. Di 2017, dukungan Rp50 juta kembali diberikan dan masih juga ditabung. Hingga pada 2018, mereka dapat Rp100 juta. Dana Rp200 juta yang terkumpul itu kemudian digunakan untuk mulai membangun pabrik.

 

Tahun 2019, mereka mendapat alokasi dandes lagi Rp90 juta untuk kelanjutan pembangunan, ditambah Rp150 juta dana apresiasi dari Kementerian Desa Tertinggal atas raihan Kampung Udapi Hilir sebagai Kampung dengan Indeks Membangun Terbaik se Papua Barat. Dana itu kemudian dipakai untuk pembangunan serta membuat peralatan pengolahan hingga tuntas.

Bumdes Bangun Ansanyar Sukses Bangun Pabrik Tepung Tapioka

Kata Sukatno, pabrik yang mesinnya sebagian besar merupakan bahan daur ulang yang mereka rakit sendiri itu berfungsi dengan normal.

Baru sekira sepekan lalu mereka mengolah 1 ton singkong dengan hasil sekira 250 kg tapioka.

Hanya saja, hasil olahan itu belum sepenuhnya menjadi tepung. Mereka masih membutuhkan alat penepung yang bisa membuat hasil olahan akhir menjadi tepung.

“Saat ini belum jadi tepung murni. Jadi pasaran kita baru untuk home industry. 250 kg ini merupakan pesanan beberapa home industry seperti pabrik kerupuk, kacang telur (sejenis kacang Sukro), dan pabrik pentolan,” ujarnya.

Jika ada alat penepung dan gudang penyimpanan, mereka bisa memproduksi untuk didistribusikan di toko baik di dataran Warpramasi maupun di Kota Manokwari.

Bumdes Bangun Ansanyar Sukses Bangun Pabrik Tepung Tapioka

Soal bahan baku, mereka pun sudah ada kesepakatan dengan warga setempat dengan menetapkan 1 buah singkong seharga Rp1000-1.500 sesuai ukuran. Sedangkan harga jual hasil produksi mereka saat ini seharga Rp 12.000 per kilonya.

“Tepung tapioka kemasan toko dijual Rp16.000 per kilo. Jika sudah ada alat penepung, hasil produksi kami bisa dijual dengan harga Rp 14.000 per kilonya,” jelasnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Manokwari Edi Budoyo menyatakan pemerintah bekomitmen mendukung pengembangan pabrik tersebut, termasuk membantu pemasarannya.

Soal alat penepung yang belum dimiliki Bumdes itu, Wabup menyarankan agar usulan bantuan alat itu disampaikan ke Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung (DPMK).

“Biar bagaimana pun, keberadaan pabrik ini binaan DPMK. Jika, harganya tidak mahal, bisa diusulkan langsung. Jika mahal bisa juga diusulkan dalam Musrenbang distrik,” tandasnya. (njo)

Previous articlePlt Ketua PKPI Papua Barat Ingatkan Aturan Partai
Next articleKanwil Kumham Rencana Dirikan UKK di Kaimana