Program Tangguh Public Health yang digelar bp melalui program Gerakan Orang Tua Asuh (GOTA) Stunting di Distrik Tomu, Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat, menunjukkan kemajuan signifikan.
Tangguh dan SKK Migas berpartisipasi dalam program GOTA Stunting di Taroy, Tomu-Ekam, dan Weriagar melalui program Tangguh Public Health yang juga meliputi program kesehatan ibu dan anak, kesehatan lingkungan, malaria, TB, dan HIV.
Program ini merupakan bagian dari komitmen bp dalam mendukung upaya pemerintah mengatasi masalah stunting di Kabupaten Teluk Bintuni.
Keterangan tertulis bp pada 15 Agustus 2024 menyebutkan di Distrik Tomu ini bp Tangguh dan SKK Migas melaksanakan GOTA Stunting di Kampung Tomu, Adur, Ayot, Totitra, dan Ekam, dengan melanjutkan upaya yang sebelumnya dilakukan melalui kegiatan Dapur Gizi Distrik Tomu.
Kegiatan GOTA Stunting meliputi pemberian makanan tinggi protein selama 42 hari kepada 33 balita stunting di balai Posyandu atau rumah kader, dengan pemantauan oleh fasilitator lapangan Tangguh dan staf Puskesmas, serta mencakup promosi kesehatan dan praktik cuci tangan pakai sabun sebelum makan.
Salah satu balita peserta program ini yang berasal dari Kampung Tomu yang berusia 18 memiliki berat badan 7,3kg dan tinggi badan 77,8cm, atau dikategorikan sebagai stunting saat pertama kali mengikuti program ini.
Selama mengikuti program, ibu dari balita ini aktif memberi makanan tambahan, menerima edukasi kesehatan, mempraktikkan pemberian makanan bergizi, serta rajin memeriksakan anaknya ke Posyandu.
Selama tiga bulan, balita juga menerima pengobatan tuberkulosis (TB) yang didiagnosis oleh tenaga kesehatan. Proses pengobatan ini didukung oleh kader dan pemerintah kampung yang memastikan sang anak mendapatkan pemeriksaan dan rujukan ke RSU Bintuni.
Petugas gizi Puskesmas setempat berperan penting dalam memberikan edukasi dan nutrisi tambahan yang diperlukan, sementara fasilitator lapangan Tangguh rutin memantau perkembangan status gizinya.
Hasil dari program GOTA Stunting ini sangat menjanjikan. Pada April 2024, setelah enam bulan mengikuti program, berat badan sang anak naik menjadi 10,5kg dan tinggi badan 81,4cm, dengan status gizi normal.
Meskipun status gizinya telah membaik, upaya dan dukungan lintas sektor tetap diperlukan untuk memastikan perkembangan ini berkelanjutan.
“Keberhasilan penanganan stunting memerlukan kolaborasi lintas sektor, termasuk pemerintah distrik, kampung, Puskesmas, kader, tenaga fasilitator lapangan Tangguh, serta dukungan aktif keluarga. Kisah balita ini menunjukkan bahwa kerja sama yang baik dapat menghasilkan hasil yang luar biasa,” kata dr Bambang Setiawan, health discipline lead bp Indonesia.
Sementara itu, Pejabat Sementara Kepala Distrik Tomu, Parman, mengapresiasi peran serta aktif bp dan SKK Migas dalam upaya penurunan stunting melalui program Tangguh Public Health.
“Selanjutnya kami berharap kegiatan ini dapat ditindaklanjuti dengan berbagai kegiatan seperti ODF (Open Defecation Free / tidak buang air besar sembarangan) dan keberlanjutan program stunting.” ucap Parman. (*)