Banjir bandang yang melanda Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua bisa saja terjadi di Manokwari. Pasalnya, banjir itu salah satunya dipacu pembangunan di Gunung Cyclops.
Kekhawatiran ini diungkapkan Asisten I Pemkab Manokwari, Wanto, yang selalu was-was bila hujan intensitas tinggi melanda Manokwari.
“Untuk Manokwari tidak ada kata hati-hati tapi waspada, karena resapan air di bukit Soribo sudah terbuka lebar,” ujarnya., Senin (18/3/2019).
Dia mengatakan beberapa kali melihat gejala banjir ketika hujan melanda Manokwari sekira 3-4 jam.
“Kali Wosi yang dulunya dalam, sekarang mendangkal. Ini akan mengakibatkan luapan air yang cukup tinggi ketika hujan deras. Jika terjadi terus menerus, ditambah pembukaan lahan baru, tidak menutup kemungkinan bencana yang sama terjadi di Manokwari,” ungkapnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kehutanan Papua Barat, Hendrik Runawari pernah mengatakan bahwa hutan Wosi- Rendani bukanlah hutan lidung, namun dari Segi manfaat, hutan itu seharusnya menjadi hutan lindung.
“Setelah kami cek riwayatnya, memang dulu mau diusulkan menjadi hutan lindung Wosi-Rendani. Tetapi kemudian tidak dilanjutkan. Makanya statusnya bukan hutan lindung,” ungkapnya.
Medio 2012 lalu instansinya mendekati masyarakat dan buat kegiatan untuk perlindungan hutan yang tersisa. Hanya saja, pemukiman di daerah itu saat ini rata-rata memiliki sertifikat. “Ini salah satu kendala,” jelasnya.
Di puncak hutan Wosi-Rendani, Soribo beberapa tahun lalu dibuka lahan baru untuk perkampungan. Tampak bongkahan pohon bekas tebangan berserakan di kawasan itu.
Pembukaan lahan baru ini jelas mengurangi resapan air di areal puncak. Ini beresiko banjir dan longsor ketika hujan terjadi terus menerus.
(cpk5/njo)