Lahan hutan Papua Barat seluas satu lapangan sepakbola berkurang setiap jamnya dalam kurun 2006-2016. Angka ini merupakan konversi perhitungan berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2007-2017, yang mencatat total hutan berkurang 66.000 ha dalam kurun waktu 10 tahun.
Padahal, hutan merupakan aset pembangunan wilayah yang dapat memberi nilai dan manfaat bagi lingkungan, ekonomi, dan sosial-budaya.
“Bila hutan hilang, maka sumber kehidupan dan kebanggaan kita sebagai bangsa yang dikaruniai hutan tropis juga akan hilang,” ujar Iman Santoso, Senior Terrestrial Policy Advisor Conservation International (CI) Indonesia.
Ini dinyatakan dalam siaran pers CI Indonesia tertanggal 12 Juni 2018, yang diterima papuakini.co 13 Juni 2018, terkait Seminar Gagasan Pengelolaan Hutan Jangka Panjang di Manokwari 7 Juni 2018 lalu.
Seminar ini dibuka Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan.
Iman mengingatkan, sesuai data BPS 2017, sektor kehutanan di Papua Barat menyumbang Rp1,6 triliun pada Pendapatan Domestik Bruto (PDB) tahun 2016 hanya dari hasil kayu.
Angka itu belum termasuk nilai serta potensi manfaat lain dari berbagai sektor yang dapat dikembangkan, maupun valuasi ekonomi manfaat hutan bagi lingkungan, sosial dan budaya masyarakat.
Sebelumnya, Gubernur dalam sambutannya mengatakan, sejak inisiatif Provinsi Konservasi dideklarasikan pada 19 Oktober 2015, Pemprov telah menindaklanjuti sejumlah langkah implementasi prinsip dan kebijakan pembangunan berkelanjutan, termasuk meninjau dan merancang kebijakan pembangunan untuk mencapai cita-cita deklarasi.
Gubernur mengingatkan hutan merupakan anugerah dan amanat yang harus kita jaga bersama. Setiap orang memiliki peran untuk turut melestarikan dan mengelolanya secara bijak.
Seminar ini juga menampilkan, antara lain, Direktur Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air Bappenas, Dr Nur Hygiawati Rahayu ST MSc dan wakil dari Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Dr Ir Agus Tampubolon MSc.(***/dixie)